SURABAYA Dalam rangka memperingati prasasti wurare ke 736-Pada hari Senin tanggal 17 November 2025 jam 20.00 WIB sampai dengan selesai-Bertempat di situs Joko Dolog Taman apsari Surabaya'Dilaksanakan sarasehan dengan tema makna hari pahlawan
Narasumber Panji Putra Sriwijaya S.Sos-Yang diinisiasi oleh ketua paguyuban abdi dalem eyang Joko Dolog Bapak Anam SH dihadiri oleh warga masyarakat kota Surabaya
Makna Esensial Hari Pahlawan
Peringatan Hari Pahlawan mengandung nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga hari ini, di antaranya:
- Menghidupkan kembali ingatan kolektif bangsa terhadap pengorbanan para pejuang.
- Menanamkan kecintaan terhadap tanah air kepada seluruh generasi.
- Mendorong bangsa untuk meneladani keberanian dan keteguhan para pahlawan.
- Menghormati jasa individu maupun kelompok yang bertaruh nyawa demi kemerdekaan.
Gelar Pahlawan: Tanda Penghargaan Tertinggi Bangsa
Pemberian gelar pahlawan nasional diberikan kepada sosok yang memiliki jasa besar, baik dalam perjuangan merebut serta mempertahankan kemerdekaan, maupun melalui karya monumental yang membawa manfaat bagi negara dan masyarakat. Selain tokoh nasional yang telah dikenal luas, Surabaya juga melahirkan figur penting dalam sejarah perjuangan Indonesia.
M. Jasin: Sosok Polisi Pejuang yang Mengukir Sejarah
Nama Moehammad Jasin, atau lebih dikenal sebagai M. Jasin, tercatat sebagai salah satu tokoh kunci dalam perjuangan di Surabaya. Sebagai Komandan Polisi Istimewa—cikal bakal Korps Brimob—ia menunjukkan kepemimpinan yang tegas dan penuh keberanian.
Salah satu kontribusi besarnya adalah memimpin operasi perebutan gudang senjata Jepang di kawasan Don Bosco, Surabaya. Aksi yang penuh risiko ini berhasil memperkuat persenjataan para pejuang. Tidak berlebihan jika kemudian beliau dikenang sebagai Bapak Brimob Indonesia.
Dinamika Surabaya Menjelang Pertempuran Besar
Surabaya pada akhir 1945 menjadi titik pertemuan dua kekuatan besar:
- Kelompok pejuang Indonesia yang sebagian besar merupakan mantan pasukan PETA.
- Polisi Istimewa yang berada di bawah komando M. Jasin.
Kedua pasukan ini bersatu menghadapi ancaman baru setelah Jepang menyerah di Perang Pasifik. Sekutu yang terdiri dari pasukan Inggris, tentara Belanda (NICA), serta unsur Persemakmuran datang dengan alasan melucuti senjata Jepang. Namun rakyat Surabaya menolak kehadiran mereka karena dianggap sebagai upaya Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Rangkaian Peristiwa Menuju 10 November
Beberapa insiden penting yang menjadi pemicu meletusnya Pertempuran Surabaya antara lain:
1. Insiden Hotel Yamato (19 September 1945)
Ketegangan meningkat ketika rakyat Surabaya menurunkan bendera Belanda di atap Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) dan mengibarkan Merah Putih. Peristiwa ini menjadi simbol bahwa rakyat menolak segala bentuk penjajahan baru.
2. Sekutu Mendarat di Surabaya (25 Oktober 1945)
Kedatangan pasukan Sekutu tidak mendapat sambutan. Misi mereka dipandang sebagai ancaman terhadap kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.
3. Gugurnya Brigjen A.W.S. Mallaby (30 Oktober 1945)
Tewasnya pemimpin pasukan Sekutu di Jembatan Merah membuat situasi semakin memanas. Setelah peristiwa ini, Inggris mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata, namun tuntutan tersebut ditolak.
Pertempuran 10 November: Titik Balik Revolusi
Penolakan ultimatum Sekutu memicu serangan besar pada 10 November 1945. Meriam, tank, dan kekuatan udara dikerahkan untuk mendesak pertahanan rakyat. Pejuang Surabaya yang bersenjata seadanya tetap bertahan dengan tekad luar biasa.
Pertempuran yang berlangsung lebih dari tiga minggu itu menjadi salah satu pertempuran paling dahsyat dalam sejarah Revolusi Indonesia. Berkat keberanian arek-arek Suroboyo, semangat kemerdekaan justru berkobar lebih kuat meski korban jiwa berjatuhan.
Semangat inilah yang kemudian membuat Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan.
Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan
Heroisme dalam Pertempuran Surabaya memberi dampak besar terhadap dukungan rakyat Indonesia dan simpati dunia internasional kepada Republik yang baru berdiri. Atas dasar itulah, pemerintah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959.
Warisan Semangat untuk Generasi Masa Kini
Peristiwa 10 November tidak hanya dikenang sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi generasi penerus. Tugas kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan dengan menjaga persatuan dan membangun Indonesia yang aman, damai, adil, dan sejahtera.
Semoga nilai-nilai keberanian, keteguhan, dan cinta tanah air yang diwariskan para pahlawan dapat terus hidup dalam setiap langkah bangsa ini.
Penulis redaksi
